Di Balik Kunjungan Paus Fransiskus ke Timor Leste, Ada Kesedihan Warga

3 months ago 33
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Dili -

Perjalanan apostolik Paus Fransiskus berlanjut ke Timor Leste. Di balik suka cita warga yang mau bertemu Paus, ada warga yang bersedih karena tergusur.

Timor Leste menggusur rumah-rumah warga di Tasitolu, dekat Ibu Kota Dili untuk memperluas tempat misa suci bersama Paus Fransiskus.

Tasitolu berjarak 15 menit berkendara dari Dili. Kawasan ini terdiri dari ruang terbuka luas di tengah wilayah desa yang akan menjadi lokasi misa suci yang dipimpin Paus Fransiskus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 95 persen dari total 1,3 juta penduduk Timor Leste merupakan umat Katolik. Ini merupakan proporsi terbesar populasi umat Katolik di suatu negara, bahkan di luar Vatikan sekali pun.

Karena itu, kunjungan tiga hari Paus pada 9-12 September mendatang menjadi peristiwa terbesar dan paling bersejarah sejak Timor Leste merdeka dari Indonesia pada 2002.

Diperkirakan sebanyak 700 ribu warga atau sekitar 53,8 persen penduduk Timor Leste akan mengikut misa suci yang dipimpin Paus Fransiskus di lapangan Tasitolu tersebut.

Dikutip dari ABC Net, pejabat pemerintah setempat cemas lapangan tersebut tidak cukup menampung kapasitas tersebut. Karena itu, pemerintah mengklaim harus menggusur ratusan rumah yang dibangun ilegal di kawasan itu.

"Saya sangat sedih. Mereka memberi kami pemberitahuan yang sangat singkat dan sekarang mereka datang dan menghancurkan rumah-rumah kami," ucap Ana Bela da Cruz, seorang warga yang rumahnya digusur, kepada ABC Net.

Meski kedatangan Paus Fransiskus menjadi momen yang kurang membahagiakan bagi sebagian warga yang harus digusur paksa, antusiasme warga Dili menyambut sang Bapak Suci sangat lah besar.

Papan iklan "Selamat Datang Paus Fransiskus" ada di mana-mana. Kaus Paus dijual di pinggir jalan. Paus menjadi topik pembicaraan di mana pun Anda pergi.

"Saya sangat gembira, saya menghitung hari-hari," kata Bendita de Jesus, pedagang pasar di Dili, kepada ABC Net.

"Saya sangat senang dia datang," kata Angelina Pereira Soares, pedagang pasar lainnya.

"Namun, bagus juga Paus datang mengunjungi Timor. Dia akan melihat penderitaan dan perjuangan kita dalam kehidupan sehari-hari."

Namun bagi masyarakat Tasitolu, kedatangan Paus Fransiskus malah menjadi permasalahan baru.

Penderitaan Warga Tasitolu

Ketika Timor-Leste secara resmi memperoleh kemerdekaan pada tahun 2002 setelah puluhan tahun pendudukan brutal Indonesia, wilayah seperti Tasitolu diserahkan kembali kepada masyarakat.

Tasitolu dinyatakan sebagai taman dan lahan basah yang dilindungi. Kemudian, warga Timor yang lebih miskin pindah ke ibu kota untuk mencari pekerjaan dan mendirikan rumah di sana.

Di Australia mereka dikenal sebagai penghuni liar, atau secara lokal disebut orang rai estadu. Mereka membangun komunitas di pinggiran wilayah lahan basah.

Anak-anak bersekolah di dekatnya. Namun sekarang, pemerintah ingin wilayah itu hilang.

"Mereka harus meninggalkan daerah ini," kata sekretaris perencanaan kota Timor-Leste, Germano Dias, pada hari pertama penggusuran paksa pemerintah.

"Itu adalah bagian dari daerah yang dilindungi. Mereka harus kembali ke desa asal mereka."

Sekitar 185 keluarga telah ditandai untuk digusur dan rumah mereka untuk dihancurkan.


-------

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.


(wsw/wsw)

Read Entire Article