Dili -
Perjalanan apostolik Paus Fransiskus berlanjut ke Timor Leste. Di balik suka cita warga yang mau bertemu Paus, ada warga yang bersedih karena tergusur.
Timor Leste menggusur rumah-rumah warga di Tasitolu, dekat Ibu Kota Dili untuk memperluas tempat misa suci bersama Paus Fransiskus.
Tasitolu berjarak 15 menit berkendara dari Dili. Kawasan ini terdiri dari ruang terbuka luas di tengah wilayah desa yang akan menjadi lokasi misa suci yang dipimpin Paus Fransiskus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 95 persen dari total 1,3 juta penduduk Timor Leste merupakan umat Katolik. Ini merupakan proporsi terbesar populasi umat Katolik di suatu negara, bahkan di luar Vatikan sekali pun.
Karena itu, kunjungan tiga hari Paus pada 9-12 September mendatang menjadi peristiwa terbesar dan paling bersejarah sejak Timor Leste merdeka dari Indonesia pada 2002.
Diperkirakan sebanyak 700 ribu warga atau sekitar 53,8 persen penduduk Timor Leste akan mengikut misa suci yang dipimpin Paus Fransiskus di lapangan Tasitolu tersebut.
Dikutip dari ABC Net, pejabat pemerintah setempat cemas lapangan tersebut tidak cukup menampung kapasitas tersebut. Karena itu, pemerintah mengklaim harus menggusur ratusan rumah yang dibangun ilegal di kawasan itu.
"Saya sangat sedih. Mereka memberi kami pemberitahuan yang sangat singkat dan sekarang mereka datang dan menghancurkan rumah-rumah kami," ucap Ana Bela da Cruz, seorang warga yang rumahnya digusur, kepada ABC Net.
Meski kedatangan Paus Fransiskus menjadi momen yang kurang membahagiakan bagi sebagian warga yang harus digusur paksa, antusiasme warga Dili menyambut sang Bapak Suci sangat lah besar.
Papan iklan "Selamat Datang Paus Fransiskus" ada di mana-mana. Kaus Paus dijual di pinggir jalan. Paus menjadi topik pembicaraan di mana pun Anda pergi.
"Saya sangat gembira, saya menghitung hari-hari," kata Bendita de Jesus, pedagang pasar di Dili, kepada ABC Net.
"Saya sangat senang dia datang," kata Angelina Pereira Soares, pedagang pasar lainnya.
"Namun, bagus juga Paus datang mengunjungi Timor. Dia akan melihat penderitaan dan perjuangan kita dalam kehidupan sehari-hari."
Namun bagi masyarakat Tasitolu, kedatangan Paus Fransiskus malah menjadi permasalahan baru.
Penderitaan Warga Tasitolu
Ketika Timor-Leste secara resmi memperoleh kemerdekaan pada tahun 2002 setelah puluhan tahun pendudukan brutal Indonesia, wilayah seperti Tasitolu diserahkan kembali kepada masyarakat.
Tasitolu dinyatakan sebagai taman dan lahan basah yang dilindungi. Kemudian, warga Timor yang lebih miskin pindah ke ibu kota untuk mencari pekerjaan dan mendirikan rumah di sana.
Di Australia mereka dikenal sebagai penghuni liar, atau secara lokal disebut orang rai estadu. Mereka membangun komunitas di pinggiran wilayah lahan basah.
Anak-anak bersekolah di dekatnya. Namun sekarang, pemerintah ingin wilayah itu hilang.
"Mereka harus meninggalkan daerah ini," kata sekretaris perencanaan kota Timor-Leste, Germano Dias, pada hari pertama penggusuran paksa pemerintah.
"Itu adalah bagian dari daerah yang dilindungi. Mereka harus kembali ke desa asal mereka."
Sekitar 185 keluarga telah ditandai untuk digusur dan rumah mereka untuk dihancurkan.
-------
Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.
(wsw/wsw)