Hinca Kritik Ketua MA: Seakan Geser Standar Hakim Wakil Tuhan di Bumi

2 weeks ago 12
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Anggota Komisi III DPR Fraksi Demokrat, Hinca IP Pandjaitan, tidak sepenuhnya setuju dengan pernyataan Ketua Mahkamah Agung (MA) Sunarto bahwa hakim tidak bisa menjadi malaikat tapi jangan semua menjadi setan. Hinca menilai pernyataan Sunarto seakan-akan menggeser standar hakim dari wakil Tuhan di bumi jadi sekadar asalkan jangan menjadi setan.

"Saya tidak sepenuhnya sepakat atas pernyataan Ketua MA, ketika hakim diibaratkan bukan malaikat, seakan-akan standar 'wakil Tuhan di bumi' dapat digeser menjadi sekadar 'jangan jadi setan'. Penggeseran itu menyeret hakim-hakim dari takhta tinggi representasi Ilahi ke tanah datar manusiawi, seolah palu pengadilan tak lagi berkait ke langit, melainkan cukup berjarak secuil dari lumpur kepentingan," kata Hinca saat dihubungi, Jumat (23/5/2025).

Hinca mengibaratkan hakim seperti lilin di ruang gelap. Menurutnya, hakim tidak boleh ikut menjadi gelap ketika kegelapan semakin pekat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Layaknya satu-satunya lilin di ruang gelap, hakim adalah titik cahaya yang tak boleh ikut merunduk ketika bayangan membesar. Lilin tetap lilin, fungsinya menerangi, meski sumbu rapuh dan nyala rentan ditiup angin," ucapnya.

Lebih jauh, Hinca juga berpendapat tidak ada yang namanya oknum hakim. Dia menegaskan, jika seorang hakim melenceng, tidak bisa lagi dianggap sebagai hakim.

"Maka, jika ada oknum polisi, ada oknum jaksa, ada oknum advokat, tetapi harus tegas saya katakan tidak ada oknum hakim. Jika ada hakim yang melenceng, dia bukan hakim. Kata 'hakim' mengandaikan kesatuan utuh antara manusia, nilai, dan mandat ketuhanan, sementara 'oknum' merujuk pada penyimpangan yang meniadakan kesatuan itu. Dua entitas tersebut tak mungkin bersenyawa, layaknya air dan api dalam satu bejana. Dengan demikian, begitu ia menyimpang, ia telah menanggalkan nama, 'dia bukan hakim'," tegasnya.

Meski begitu, Hinca memahami ketika Ketua MA Sunarto kecewa dengan perilaku hakim-hakim di Indonesia. Akan tetapi, ia meminta Sunarto berhati-hati dalam memberikan toleransi baru lewat narasi bahwa hakim bukan lah malaikat.

"Ketua MA boleh saja kecewa dengan perilaku sebagian anak buahnya, tetapi kehati-hatian ekstra dibutuhkan sebelum membuka pintu toleransi baru lewat narasi 'ah, kita kan bukan malaikat'. Kalimat sederhana ini berpotensi menjelma menjadi jalan pintas psikologis yang melonggarkan tali moral semua hakim," jelasnya.

"Alih-alih tetap menatap tinggi, ia justru mendidik hakim untuk menunduk, nyaman dengan kelemahan manusiawinya, lalu terbiasa berlindung di balik dalih keterbatasan. Ketika paradigma itu menjadi lazim, takhta wakil Tuhan pun pelan-pelan kehilangan aura sakralnya, dan para hakim akan mudah berdamai dengan bayangan-bayangan yang semestinya mereka halau," lanjut dia.

Pernyataan Ketua MA

Sebelumnya, Ketua MA RI Sunarto buka-bukaan terkait kondisi jajaran hakim di Indonesia. Ia bahkan menyampaikan hakim bukanlah malaikat.

"Memang kita semua, hakim, tidak bisa dipikir menjadi malaikat semua. Hakim juga manusia," kata Sunarto saat memberikan pengarahan dalam acara pembinaan di kantor MA RI, Jakarta Pusat, Jumat (23/5).

Namun dia juga menjelaskan, meski tidak bisa dinilai sebagai 'malaikat', bukan berarti para hakim berlagak layaknya 'setan'. Dia menyebut, sebagai manusia biasa, hakim tetaplah menjadi tempat berbuat salah dan dosa.

"Tapi hakim jangan jadi setan semua. Manusia adalah pertarungan antara malaikat dan setan. Lebih kuat yang mana? Lebih condong ke malaikat atau condong ke setan?" tutur Sunarto.

Simak juga Video 'Prabowo Akan Naikkan Gaji Hakim: Agar Tidak Bisa Disogok':

Saksikan Live DetikSore:

(maa/gbr)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article