Media Asing Soroti Moratorium Hotel Bali: Retorika?

3 months ago 17
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Moratorium pembangunan hotel, vila, dan klub malam di Bali telah menjadi sorotan utama media internasional. Keputusan ini diumumkan oleh pemerintah Indonesia sebagai langkah untuk mengatasi krisis pembangunan yang mengancam keindahan dan identitas budaya pulau tersebut.

Namun, meski moratorium ini disambut sebagai upaya positif untuk mengatasi dampak pembangunan yang berlebihan, banyak pihak meragukan efektivitasnya.

Mengutip Reuters, Selasa (9/9/2024), Hermin Esti dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menjelaskan bahwa moratorium ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pariwisata dan melestarikan budaya Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Moratorium ini adalah bagian dari upaya untuk memperbaiki kualitas pariwisata dan melestarikan budaya asli Bali," ungkap Esti

Meski demikian, jadwal pelaksanaan moratorium ini masih belum ditetapkan, yang menambah keraguan tentang seberapa efektif langkah ini dalam menangani masalah.

Moratorium di 4 daerah

Pj Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, mengusulkan moratorium di empat daerah dengan kepadatan tertinggi untuk menangani dampak pembangunan yang berlebihan.

Menteri Senior Luhut Pandjaitan bahkan mengonfirmasi bahwa moratorium ini bisa berlangsung hingga 10 tahun. Apa yang ia ucapkan akan menjawab tantangan terkait peningkatan jumlah wisatawan dan masalah sosial yang timbul, seperti kejahatan dan persaingan tenaga kerja lokal.

Namun, dalam konteks ini, moratorium harus dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi yang lebih luas, bukan sebagai solusi tunggal.

Data terbaru menunjukkan bahwa Bali menerima 2,9 juta pengunjung asing pada paruh pertama tahun ini. Keberadaannya menyumbang 65% dari total kedatangan asing melalui jalur udara di Indonesia.

Jumlah hotel yang beroperasi juga meningkat pesat, dengan 541 hotel pada tahun lalu dibandingkan dengan 507 pada 2019. Kenaikan yang cepat ini telah memperburuk masalah pembangunan, yang tidak hanya mempengaruhi infrastruktur tetapi juga kualitas hidup masyarakat lokal.

Bali bisa kehilangan pesona

Peningkatan jumlah turis dan pembangunan yang tidak terkendali berpotensi mengubah Bali dari destinasi pariwisata yang memikat menjadi kota metropolitan yang kehilangan pesonanya.

Kritik terhadap moratorium ini menyoroti kemungkinan bahwa langkah ini mungkin tidak cukup untuk mengatasi kerusakan yang sudah terjadi.

Media internasional menunjukkan bahwa Bali, dengan pesona tropis dan budaya yang kaya, berisiko kehilangan identitasnya jika pembangunan
terus dilakukan tanpa pengawasan ketat. Moratorium ini, jika tidak disertai dengan kebijakan dan tindakan konkret lainnya, bisa jadi hanya langkah yang tidak menyentuh akar masalah.

Meskipun moratorium ini tampaknya sebagai langkah awal yang penting, tantangan utama terletak pada implementasinya.

Isu ini harus diiringi dengan perencanaan yang lebih menyeluruh dan tindakan yang berkelanjutan. Untuk benar-benar menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pariwisata yang berkelanjutan di Bali, diperlukan komitmen jangka panjang dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah, pengusaha, dan masyarakat lokal.

Tanpa pendekatan yang holistik, moratorium ini berisiko menjadi sekadar solusi sementara yang tidak mengatasi masalah mendasar dari overdevelopment di Bali.


(msl/msl)

Read Entire Article