Mengunjungi Desa Adat di Indonesia yang Tahan Gempa

3 months ago 34
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Berkunjung ke Lombok tanpa mengunjungi desa adatnya, menurut saya akan terasa sia-sia. Mari berkunjung ke desa adat yang konon tahan akan gempa.

Saya senang sekali ketika persinggahan pertama rombongan treaty forum Indonesia Re yang mengundang saya ke Lombok, adalah Desa Sade.

Desa adat ini konon telah berdiri sejak abad ke 16 atau sekitar 1.500 tahun yang lalu. Desa Sade dikenal sebagai dusun yang masih kental mempertahankan adat Suku Sasak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berlokasi di daerah Rembitan, Kecamatan Puju, Lombok Tengah, Desa Sade dapat ditempuh dalam waktu sekitar lima belas menit dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid atau sekitar 15 menit dari kawasan circuit Mandalika.

Desa adat yang telah ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 1989 ini menjadi terkenal karena beberapa keunikannya. Keunikan yang pertama adalah arsitektur bangunannya yang masih sangat tradisional.

Dengan atap terbuat dari ijuk, kuda-kuda atap terbuat dari bambu tanpa paku, tembok dari anyaman bambu, dan lantainya terbuat dari tanah liat bercampur sekam padi.

Masyarakat Sasak Sade menyebut bangunan ini sebagai bale. Keunikan kedua, kebiasaan penduduk Desa Sade membersihkan bale dengan kotoran kerbau atau sapi dengan tujuan untuk membersihkan debu, menguatkan lantai, sekaligus mencegah datangnya serangga. Hmmm... apa nggak bau ya?

Saya sempat memasuki salah satu rumah tertua di sana dan ternyata sama sekali tak ada residu bau kotoran sapi yang terdeteksi oleh indera penciuman saya.

Ketika memasuki bale, saya juga melepas alas kaki sehingga bisa merasakan lantai bale yang terasa hangat dan kesat.

Mata pencaharian penduduk desa dengan luas sekitar 5,5 hektar ini adalah petani yang hanya mengandalkan sawah tadah hujan tanpa irigasi.

Selain bertani, pekerjaan lainnya adalah menenun. Maka, setiap perempuan di Desa Sade wajib memiliki keahlian menenun sebagai salah satu syarat kesiapannya untuk menikah.

Di desa wisata ini terdapat sekitar 150 bale yang masing-masing dihuni oleh satu kepala keluarga. Semua penduduk Desa Sade bisa dikatakan masih satu keturunan, karena mereka melakukan perkawinan antar saudara.

Keistimewaan lainnya, meskipun memiliki desain yang sederhana, rumah adat Desa Sade merupakan bangunan tahan gempa.

Pada saat terjadi gempa di Lombok pada tanggal 29 Juli 2018 lalu, meskipun dihantam gempa bumi berkekuatan 6,4 skala magnitudo yang disusul dengan gempa besar berkekuatan 7,0 skala magnitudo, tak ada bale yang rusak.

Rupanya, bangunan-bangunan itu bisa bergoyang ketika dilanda gempa, sehingga tidak sampai roboh. Masih ada satu lagi keunikan Desa Sade, yaitu adanya pohon cinta di tengah desa yang sering menjadi lokasi pertemuan sepasang kekasih sebelum si perempuan dibawa lari.

Kemudian kerabat pihak laki-laki akan mengirim utusan untuk memberitahukan penculikan itu kepada keluarga pihak perempuan. Setelah itu proses pernikahan bisa dilangsungkan.

Bagi Suku Sasak, menculik lebih terhormat daripada melamar. Seorang laki-laki yang datang melamar bahkan bisa menjadi bahan gunjingan karena dianggap melanggar aturan adat.

Unik sekali, bukan?

Read Entire Article