Selandia Baru akan Naikkan Biaya Masuk Turis hingga 3 Kali Lipat

3 months ago 16
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Selandia Baru menaikkan biaya menjadi tiga kali lipat bagi turis untuk masuk ke negara itu. Menteri Pariwisata mengatakan hal itu demi memelihara infrastruktur dan konservasi.

Melansir New York Post, Rabu (4/9/2024), pungutan itu akan naik tiga kali lipat menjadi USD 62 atau sekitar Rp 960 ribu mulai 1 Oktober 2024. Pungutan tersebut tidak berlaku bagi warga negara Selandia Baru, Australia, atau negara-negara di Kepulauan Pasifik.

Rencana itu menuai pro dan kontra. Kelompok pariwisata khawatir kenaikan tersebut membuat pelancong enggan datang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Pariwisata mengatakan bahwa pungutan senilai USD 62 tersebut hanya sekitar 3 persen dari rata-rata yang dibelanjakan para turis internasional di Selandia Baru. Kenaikan itu juga disebut sesuai dengan yang diberlakukan di Australia dan Inggris.

"Meningkatkan (pungutan) berarti kita dapat terus mengembangkan pariwisata internasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sambil memastikan pengunjung internasional berkontribusi pada area dan proyek konservasi yang bernilai tinggi," ujar Menteri Pariwisata Matt Doocey pada Selasa (3/9/2024).

"Seperti mendukung keanekaragaman hayati di taman nasional dan area lain yang banyak dikunjungi serta meningkatkan pengalaman pengunjung di lahan konservasi publik," kata Doocey.

Pungutan sebelumnya sebesar USD 22 atau sekitar Rp 320 ribu. Nominal itu ditetapkan pada 2019. Lalu dalam pembahasan terkait kenaikan pungutan itu, 93 persen dari sekitar 1.000 responden mendukung kenaikan pungutan tersebut.

Menurut Menteri Konservasi Selandia Baru, Tama Potaka, biaya yang berlaku saat ini hanya menghasilkan sekitar 49,5 juta USD (sekitar Rp 766,6 miliar) setiap tahunya. Sementara para pembayar pajak Selandia Baru berperan dalam 547 juta USD (sekitar Rp 8,4 triliun) per tahun untuk pariwisata dan konservasi.

Adapun Departemen Konservasi Selandia Baru berperan mengawasi sekitar 30 persen lahan di negara yang ditetapkan sebagai kawasan lindung. Misalnya dengan tajuk taman nasional, kawasan satwa, dan kawasan konservasi.

Di sisi lain, kenaikan pungutan tersebut menjadi hal yang ditakuti oleh pelaku wisata. Misalnya saja Kepala Eksekutif NZ Airports, Billie Moore, yang mengeluhkannya.

"Meningkatkan (retribusi), meningkatkan biaya visa, dan proposal untuk biaya baru di bandara regional telah menjadi pukulan telak bagi sektor kami, yang sedang berusaha keras untuk pemulihan ekonomi Selandia Baru," kata Moore.

Perlu diketahui bahwa perekonomian Selandia Baru sempat jatuh ke dalam resesi akibat pandemi COVID-19. Namun resesi secara teknis berakhir pada bulan Juni tahun ini. Selain pandemi yang menghantam sektor pariwisata, biaya bahan bakar dan tenaga kerja melumpuhkan industri terbesar mereka yaitu pertanian.


(wkn/fem)

Read Entire Article