Jakarta -
Sulit untuk Zaskia Adya Mecca, Indadari, Wanda Hamidah, Ratna Galih, bersama dengan enam WNI lainnya untuk bisa lepas dari pantauan menuju Ismalilia. Perjalanan mereka untuk gabung Global March to Gaza gak mudah.
Sebelumnya, Zaskia Adya Mecca membagikan cerita dan kondisi aktivis lainnya selama sampai di Kairo, Mesir. Mereka mendapat pengawasan yang ketat, bus dan hotel tempat mereka menginap diperiksa oleh polisi dan intel. Mereka memeriksa ponsel dan media sosial turis yang datang.
Hingga akhirnya, Zaskia Adya Mecca dan tim memilih pindah hotel bintang 5. Namun, kondisinya memang tak sesuai ekspektasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akhirnya kami pindah ke hotel bintang 5 dengan pikiran, protokol hotel akan membuat intel tidak bisa sembarangan mengikuti juga menangkap turis seperti yang terjadi kepada bule di hotel sebelumnya. Minim pula yang menyaksikan. At least hotel ini selalu ramai," jelas Zaskia Adya Mecca dalam unggahan Instagram pribadinya, Senin (16/6/2025).
"Ternyata salah, mereka tetap terang-terangan mengikuti kami," sambungnya.
Istri Hanung Bramantyo dan tim mengakui sangat tidak nyaman. Mereka juga bersikap seperti traveler pada umumnya hingga menyusuri sungai Nil dengan perahu.
"Karena kami playing tourist, jadi harus terlihat piknik sambil memastikan apakah para intel masih mengawasi kami. Sorenya naik kapal depan hotel, yang disewakan mereka, mencoba merasakan kepasrahan juga keyakinan ibunda nabi Musa kepada Allah SWT ketika menghanyutkan bayinya di sungai ini," tuturnya.
"Di tengah derasnya arus, ada keyakinan yang lebih kuat: bahwa Allah takkan pernah meninggalkan hamba-Nya yang berserah. Dari pagi kami mengalami tekanan seperti ini aja rasanya lelah luar biasa, entah kekuatan sebesar apa yang dimiliki saudara-saudara kita di Palestina," ungkap Zaskia Adya Mecca.
Global March to Gaza adalah aksi jalan kaki kurang lebih sejauh 50 kilometer dari Kairo menuju Gerbang Rafah bersama dengan ribuan atau lebih manusia dari 50 negara. Puncak aksi ini akan terjadi pada 15 Juni 2025 ketika semua peserta sampai di Gerbang Rafah untuk menyerukan dibukanya akses misi kemanusiaan ke Gaza.
Zaskia Adya Mecca mengabarkan timnya sulit bepergian keluar karena dipantau untuk dipastikan tak pergi sembarangan. Situasi lokasi yang dianggap tak baik-baik saja mengharuskan turis yang datang lebih dari lima orang dalam satu rombongan akan mendapat pengawasan selama satu minggu di manapun dan kapanpun.
"Intinya mereka menahan semua pergerakan dari Kairo menuju Ismailia, yang terjadi pada kami, banyak dialami oleh peserta lain juga," tulis Zaskia.
"Sedih pastinya, tapi tidak patah semangat karena perjuangan justru baru dimulai," ujarnya berharap bisa mewujudkan apa yang mereka perjuangkan untuk Palestina.
(pus/ass)