Polisi Bakomsus Pangan Identifikasi Kendala Peternak Lele, Akan Kawal Subsidi

3 days ago 6
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Bripda Muhammad Faturrahman mengidentifikasi banyak pelaku budidaya ikan Lele mengalami kendala usaha karena harga pakan Lele yang dinilai tinggi. Oleh sebab itu solusi yang dapat dilakukan oleh dirinya yang merupakan lulusan polisi bintara kompetensi khusus (bakomsus) Ketahanan Pangan Polri, adalah mengawal distribusi subsidi diterima para peternak dan melakukan inovasi produksi pakan alternatif.

"Kendala di bidang perikanan adalah mahalnya pakan ikan. Hal ini membuat petani-petani ikan gulung tikar atau berhenti karena pakan ikan terlalu mahal. Ke depannya, kami mengharapkan dapat membuat pakan alternatif agar memudahkan masyarakat," kata Faturrahman, dikutip dari rilis SSDM Polri pada Senin (23/6/2025).

"Peran kita di lapangan nanti sebagai tangan kanan masyarakat ke pemerintah agar semua yang disubsidikan pemerintah dapat disalurkan ke masyarakat luas," lanjut pria berusia 27 tahun ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menegaskan berkomitmen menjaga alur distribusi pakan Lele serta pupuk bagi petani agar masalah penumpukan dapat dicegah. "Harapannya agar kita dapat menjaga agar tidak terjadi lagi penumpukan pakan, pupuk, dan lain-lain," imbuh Faturrahman.

Dia lalu menuturkan akan menggunakan pendekatan persuasif untuk menggelorakan lagi sektor perikanan, khususnya di tingkat rumah-rumah. Semisal dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat soal sistem Budidaya Ikan dalam Ember (Budikamber).

"Strategi saya adalah menggunakan pendekatan persuasif terhadap masyarakat. Dengan bagaimana kita mengajak masyarakat untuk melakukan ketahanan pangan secara kecil-kecilan, seperti bagaimana kita mengonsumsi ikan di rumah. Contohnya Budikdamber, yaitu penggabungan budidaya ikan dan tumbuhan seperti kangkung atau sawi," jelas Bakomsus Ketahanan Pangan Polri asal Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) ini.

Sarjana Budidaya Perairan Fakultas Perikanan ini mengatakan permintaan suplai ikan Lele di tanah kelahirannya sangat banyak, lantaran banyak warung Pecel Lele dan restoran yang juga mengolah makanan berbahan dasar Lele. Dia dan teman-temannya pun sempat menjajal buka kolam Lele, meski saat ini usahanya rehat karena dia harus mengikuti pendidikan kepolisian.

"Kalau untuk di Kabupaten Lingga, tepatnya di Kecamatan Singkep, ada beberapa petani ikan yang membudidayakan ikan lele. Konsumsi ikan lele di Kecamatan Singkep sangat banyak, dibutuhkan untuk rumah makan seperti pecel lele dan lain-lain, dimana sering terjadi kekurangan ikan lele. Untuk itu, saya dan rekan-rekan yang lain ke depannya ingin menambahkan kolam lagi dan sebagainya," terang pria yang akrab disapa Fatur ini.

"Usaha saya di kampung di-off-kan dulu karena tidak ada yang merawat, dan perawatan ikan harus sangat ekstra untuk menjaga kualitas air. Saya menyampaikan kepada orang tua agar budidaya di-stop dahulu. Setelah saya pulang (pendidikan polisi), Insyaallah akan diusahakan lagi," tambah dia.
Terakhir, Fatur mengaku sangat gembira dengan misi Ketahanan Pangan yang digalakkan Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya misi tersebut sangat membantu masyarakat.

"Ketahanan pangan baik itu pertanian, perikanan, atau peternakan, hal ini sangat membantu masyarakat. Saat bertemu masyarakay, saya akan tanyakan apa yang menjadi kendala bagi petani ikan. Dari situ kita akan cari solusi dan saling sharing dengan instansi lain ataupun pimpinan kita," pungkas Fatur.

Diketahui, rekrutmen bakomsus Ketahanan Pangan dan MBG dilakukan oleh Bagian Penyediaan Personel Staf Sumber Daya Manusia (Bagdiapers SSDM) Polri sejak November 2024. Proses rekrutmen berlangsung sepanjang Desember 2025.

Polri menetapkan persyaratan pendaftar Bakomsus Pertanian, Peternakan, dan Perikanan mulai lulusan SMK, D3, D4, hingga sarjana. Lalu untuk Bakomsus Ahli Gizi dan Kesehatan Masyarakat syarat pendidikan D4 dan sarjana.

Sebelumnya diberitakan, penerimaan anggota Polri jalur Bakomsus Pertanian, Perikanan, Peternakan, Ahli Gizi, dan Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu strategi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam mempercepat tercapainya misi Swasembada Pangan dan terlaksananya program Makan Bergizi Gratis dengan optimal.

Swasembada Pangan merupakan salah satu Asta Cita dalam Pemerintahan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran Rakabuming Raka. Pun program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo dalam rangka memperbaiki kualitas kesehatan anak-anak Indonesia agar tumbuh SDM-SDM unggul yang siap mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Simak juga Video 'Waspada Obat & Pangan Ilegal di Era Digital! BPOM Tegaskan Ancaman Nyata bagi Ginjal':

(aud/zap)