Cerita Relawan Medis Kerja di Kapal, Dihantam Ombak Saat Operasi

6 hours ago 2
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Meninggalkan segala kenyamanan dan hiruk pikuk kota besar. Josepha (28) memilih jalan yang berbeda untuk mengabdi sebagai perawat.

Ia memutuskan untuk menjadi relawan dan bekerja di pedalaman nusantara bersama Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II yang saat ini beroperasi di Waigeo Utara, Papua Barat Daya.

Saat memutuskan bekerja di atas kapal, tak pernah ia membayangkan bahwa suatu hari ia akan mendampingi penanganan operasi di ruang bedah yang kerap bergoyang, akibat hantaman ombak di laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama kami pelayanan kurang lebih sekitar 3 minggu itu kami dihantam dengan ombak," ujar Josepha, dalam keterangan tertulis, Jumat (11/7/2025).

Ia bercerita hantaman ombak tersebut bagi awak kapal dianggap sebagai alun, namun untuk pekerja medis itu menjadi tantangan sendiri dalam melaksanakan aktivitas pelayanan mereka.

"Saat ada ombak, kami ada beberapa pasien operasi dan harus melakukan tindakan tersebut. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami saat bekerja di atas kapal, yakni ombak yang harus kami hadapi," kata Josepha.

Josepha telah bergabung menjadi relawan RS Kapal Nusa Waluya II selama 2 tahun. Josepha memilih menjadi relawan untuk mengikuti panggilan hatinya melayani masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses kesehatan.

Pengalaman lain yang ia ingat adalah ketika harus merawat pasien berusia lanjut yang sudah tidak punya siapa-siapa. Pasien tersebut datang sendiri ke RS dan harus berjuang untuk mencapai ke sana.

"Ada masalah di pernafasannya, dan pasien tidak punya keluarga sama sekali. Sebagai perawat, di sini saya terasa menjalani profesi saya sesungguhnya," jelas Josepha.

"Merawat pasien tersebut hingga akhirnya pasien bisa kembali sembuh," sambungnya.

Cerita lain juga datang dari Parlin (28) yang berprofesi sebagai apoteker. Datang jauh dari Jember, Jawa Timur, Parlin pertama kali menginjakkan kaki di Tanah Papua.

Bagi Parlin, kontribusinya kepada para pasien tidak sebesar jasa perawat dan dokter. Namun, ia tetap berusaha melayani sepenuh hati para pasien, yang rata-rata kesulitan berbahasa dan mengerti perawatan yang harus dilanjutkan.

"Kita harus menjelaskan kepada mereka dengan sabar dan perlahan, agar pengobatan yang diberikan bisa dimengerti," kata Parlin.

Kesabaran Parlin melayani pasien ini pun berbuah manis, secara harfiah. Ia kerap mendapatkan bingkisan buah-buahan dari para pasien sebagai tanda terima kasih.

"Ini apresiasi yang tidak pernah kita dapatkan sebelumnya di kota-kota, jadi satu sisi ini sangat menyentuh bagi saya," kata Parlin.

Pemberian buah-buahan dan hasil bumi ini tidak sekali dan dua kali dilakukan para pasien kepada para relawan. Diberikan sebagai ucapan terima kasih, karena para pasien tidak perlu membayar biaya perawatan dan pengobatan.

Sehingga, mereka kerap kembali kunjungi RS kapal hanya untuk mengirimkan buah-buahan sebagai ucapan terima kasih. Inspirasi menjadi relawan di pedalaman juga menyentuh seorang dokter muda dari Jakarta Gavriel Gregorio Singgih (26).

Keinginannya untuk mengabdi sudah ia pendam sejak 2019. Ketika itu, Gavriel masih Koas kedokteran, dan melihat bagaimana RS kapal tersebut berlayar ke pelosok menghampiri masyarakat yang membutuhkan akses kesehatan.

"To reach and reachable menjadi motivasi saya bergabung," kata Gavriel.

Josepha, Parlin, dan Gavriel adalah sebagian dari 35 relawan tenaga medis yang rela meninggalkan kenyamanan untuk mengabdi di RS Kapal. Termasuk di antaranya dokter spesialis, dokter umum, perawat, apoteker, dan bidan.

Di tengah desiran angin laut dan debur ombak yang tak pernah berhenti, Josepha dan relawan lainnya belajar satu hal, pengabdian sejati kadang datang lewat perjalanan yang tidak tenang, namun penuh makna. RS Kapal Nusa Waluya II hadir di Waigeo Utara, Papua Barat Daya dan beroperasi selama 60 hari, sejak 10 Juni 2025 hingga Agustus mendatang, dengan target melayani hingga sebanyak 10 ribuan warga dari tujuh distrik di area tersebut tanpa biaya sama sekali.

RS kapal ini beroperasi dari hasil kolaborasi PT Pertamina International Shipping (PIS) dan doctorSHARE. Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron mengatakan ini merupakan kedua kali pihaknya bekerja sama dengan doctorSHARE untuk menghadirkan RS kapal ke pelosok nusantara.

"Kerja sama ini berangkat dari keyakinan kami bahwa setiap orang, di manapun berada, berhak atas layanan akses kesehatan yang layak," ujar Baron.

Bagi PIS, lanjutnya, program CSR yang berada di bawah payung 'BerSEAnergi untuk Laut' ini merupakan cerminan semangat perusahaan untuk senantiasa menyalurkan energi kebaikan ke penjuru negeri, melalui lautan. Baron mengatakan PIS percaya, untuk mendorong kemajuan bangsa tak hanya soal pelayanan logistik dan kapal untuk menggerakkan ekonomi.

"Tapi ju...

Read Entire Article