Jakarta -
Brigjen Arief Adiharsa mengatakan, dalam menjaga integritas, dia menerapkan rasa malu berbuat salah. Dengan mengedepankan 'rasa malu bersalah', menurut Arief, seseorang akan mencegah dirinya melakukan pelanggaran.
"Prinsip yang saya pegang sebenarnya sederhana, saya ingin mencoba menerapkan integritas yang terbaik yang menurut ukuran saya mampu," kata Arief dalam wawancara kandidat Hoegeng Awards 2025.
"Satu lagi, saya juga menerapkan rasa malu, malu untuk berbuat salah, malu untuk bertindak tidak correct, tidak baik di depan anggota kita," sambung dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief merupakan kandidat 3 besar penerima Hoegeng Awards 2025 kategori Polisi Berintegritas. Arief saat ini mengemban jabatan sebagai Wakil Kepala Korps Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Waka Kortas Tipikor) Polri.
"Kita berupaya membangun ekosistem antikorupsi, antisuap, di antaranya yang paling sederhana, kita sepakat untuk tidak menerima tamu-tamu yang potensi conflict of interest-nya tinggi. Karena bisnis kita, bisnis pemberantasan korupsi. Kan ironis sekali kalau kita berantas korupsi tapi kita terima suap, itu kan seperti orang psikopat itu ya," tutur dia.
Arief juga mengingatkan terkait sumpah jabatan saat menjadi anggota Polri. Menurutnya, sumpah itu harus selalu diterapkan.
"Yang pertama ingat ke sumpah dan janji Anda pada saat dilantik, itu kan sumpah kepada Tuhan. Jadi hargailah sumpah itu, takutlah kepada Tuhan yang selalu mengawasi kita. Yang kedua, jangan diutamakan kewenangan, coba lebih kepada tekankan sisi ketulusan dalam melayani," ucap dia.
Berantas Pungli di Prabumulih
Arief, yang menjabat Kapolres Prabumulih, Polda Sumatera Selatan, pada 2015 menghadapi tantangan praktik pungli merajalela. Pada saat itu Arief harus mengatasi pungli truk pengangkut batu bara.
"Masalah utama adalah bahwa pungli itu begitu banyak di Kota Prabumulih. Saya komunikasi suka sambil paralel dalam dua bulan pertama komunikasi dengan stakeholder, pemerintah kota, karena saya lihat di dalam pemerintah kota juga permasalahan sendiri, di dalam internal mereka ada bagian-bagian yang menerima manfaat dari pungli ini," tutut dia.
Arief Adiharsa saat menjadi Kapolres Prabumulih, Polda Sumsel (Foto: 20detik)
Setiap malamnya, kata Arief, lebih dari seribu truk batu bara yang melintas. Truk tersebut harusnya tidak melintasi jalan kota, Arief berupaya memberantas hal tersebut.
"Kerugiannya itu bukan hanya yang diderita masyarakat kita dengan lalu lalang ribuan kendaraan tiap malam dengan debu, mikro debu batu bara yang berisiko untuk anak-anak kita mungkin 10-15 tahun yang akan datang, tapi juga secara langsung banyak kecelakaan termasuk perkelahian antarkelompok," tuturnya.
Berbagai tantangan dihadapi Arief kala itu. Sebab sekelompok pengusaha batu bara masih berupaya agar truk bisa melintas di jalanan kota. Bahkan, ada yang berupaya memberikan suap. Tapi dengan tegas, Arief mengatakan aturan harus ditegakkan.
"Beratnya di awal, itu yang paling berat, jadi bagaimana kita mampu untuk berkata tidak. Saya lihat kualitas suatu kepemimpinan, jadi kepemimpinan itu bukan hanya kita mampu mengambil keputusan, tapi keputusan itu biasanya paling berat itu berkata tidak," jelasnya.
"Pada saat kita berkata tidak kepada suatu kelompok teman-teman pengusaha, karena pengusaha tidak semuanya buruk, teman-teman pengusaha, katakanlah kelompok preman, kelompok manapun itu ada promosi yang kita dapat dari mulut ke mulut, obrolan dari mulut ke mulut membantu juga, pada akhirnya mencoba orang-orang itu untuk mendekat," imbuhnya.
Kasubbagrenmin Kortastidpikor Polri, AKBP Gunawan, memberikan kesaksian tentang integritas Brigjen Arief. Gunawan mengatakan Arief selalu menjunjung integritasnya. Gunawan dan Arief dulu pernah mendapatkan penugasan di KPK.
"Yang saya ingat sampai sekarang, saya berpisah tugas dengan beliau cukup lama, setelah dari KPK itu, tapi satu hal yang saya ingat dari beliau itu adalah bahwa di mata saya beliau adalah personal yang sangat menjunjung tinggi integritas, yang kedua beliau juga mempunyai kepemimpinan pendekatannya itu selalu ada argumentasi setiap tindakannya, dan argumentasinya adalah argumentasi yang dibangun sangat kokoh," kata Gunawan.
(lir/aud)