Curhat Waria Korban Kebakaran Penjaringan, Alat Ngamen Hangus Sisakan KTP

2 weeks ago 28
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Di bawah tenda pengungsian yang panas dan tanpa kipas angin, sejumlah waria duduk termenung di satu sudut. Mereka turut menjadi korban kebakaran yang melanda kawasan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, tempo hari.

Medi (52) delapan tahun terakhir hidup sederhana di kamar petak ukuran 3x2 meter yang kini telah menjadi abu. Kini Medi dan teman warianya berada di tenda pengungsian yang sama sambil menunggu kepastian nasib di sana.

Dia mengaku tak mengeluh dengan pengungsian itu. Medi justru masih bersyukur lantaran masih bisa tidur dan makan untuk bertahan hidup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya di sini udah teduh tapi panas, dari segi konsumsi makanan udah lengkap. Mungkin hawanya aja panas nggak ada kipas," kata Medi saat berbincang di lokasi pengungsian, tak jauh dari lokasi kebakaran, Minggu (8/6/2025).

Medi hidup berkelompok bersama 14 teman warianya. Mereka sehari-hari mencari nafkah dengan mengamen, berkeliling ke beberapa daerah di Jakarta. Kebakaran itu datang tiba-tiba.

Seingat Medi, kebakaran terjadi saat siang hari ketika warga sedang salat Jumat. Ketika itu, sebagian dari mereka baru bersiap-siap untuk berangkat mengamen, namun tiba-tiba ada teriakan warga yang membuat rencana mengamen urung dilakukan.

"Kita sebenarnya lagi duduk-duduk di bawah aja. Mau siap-siap berangkat itu, rencana nunggu abis salat Jumat dulu, baru jalan. Tiba-tiba ada yang teriak 'api-api kebakaran' langsunglah brebek-brebek lari. Yang kita pikirin cuma satu itu, surat penting doang," ungkap Medi sambil ditemani Puri dan Marcela.

Map berisi KTP, KK, dan ijazah menjadi satu-satunya barang yang berhasil diselamatkan. Medi tak peduli baju mengamennya saat itu, yang pasti surat-surat penting harus bisa diselamatkan.

"Kalau urusan baju bisa ketemu di jalanlah," ucapnya.

Setelah si jago merah membakar hangus tempat tinggalnya, Medi dan temannya punya masalah baru. Kini, tantangan yang mereka hadapi bukan hanya soal kehilangan kontrakan, tapi juga mencari tempat tinggal baru yang mau menerima keberadaan dan kondisi mereka.

"Kalau relokasi, kita-kita ini pada waria nih, waria ngamen. Kita lihat lingkungan, kadang-kadang lingkungan nggak nerima kita gitu," jelasnya.

Dengan situasi ini, yang mereka harapkan sederhana, yakni tempat tinggal yang aman dan diterima tanpa dihakimi. Bagi mereka sedikit bantuan dana bisa membuat mereka mencari tempat baru.

"Kalau ditanya minta bantuan, yang saya pengen ya sumbangan uang aja, kita mau nyari kontrakan baru sekitar sini yang udah welcome sama kita. Mereka udah paham kita. Kalau kita cari lokasi baru, tiap tempat beda. Belum tentu warga lain nerima kita," jelasnya.

Selama delapan tahun ini, Medi menyewa kamar seharga Rp 300 ribu per bulan. Namun sekarang, untuk bisa mengontrak rumah atau kamar lagi, mereka harus mulai dari nol.

Sebagian alat mengamen milik media dan rekannya seperti music box ikut hangus terbakar. Mereka harus mengumpulkan uang minimal untuk sebulan harga kamar.

"Kalau yang udah berangkat ngamen musik boksnya aman bisa kebawa. Kita perlu juga itu buat ngamen kan, ada juga kita nggak kebawa," katanya.

Tonton juga "Detik-detik Waria di Sidrap Ngamuk-Bawa Sajam Gegara Fashion Show Dibatalkan" di sini:

(ygs/ygs)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article