Dialog Peradaban Dunia di Beijing, Megawati Ungkit Penderitaan Palestina

15 hours ago 10
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Presiden RI ke-5 sekaligus Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, mengungkit semangat Dasa Sila Bandung dan penderitaan rakyat Palestina. Megawati mengajak semua pihak untuk membuka mata dan hati atas apa yang terjadi di Palestina.

Hal ini disampaikan Megawati kala menjadi pembicara pertama pada Dialog Peradaban Global yang digelar di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, Kamis (10/7/2025). Forum ini dihadiri 600 perwakilan dari 144 negara yang diawali dengan pembacaan pesan dari Presiden Xi Jinping dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, Antonio Guterres. Megawati didaulat sebagai pembicara pertama.

Dengan busana berwarna merah, Megawati yang mengenakan busana merah mengapresiasi Presiden Xi Jinping atas kehormatan menjadi pembicara bersama sejumlah tokoh pimpinan negara seperti Nangolo Mbumba (Presiden keempat Namibia), Yukio Hatoyama (mantan PM Jepang), Essam Sharaf (mantan PM Mesir), Yves Leterme (mantan PM Belgia), dan Jhala Nath Khanal (mantan PM Nepal). Megawati menyebutkan dialog ini sebagai panggilan hati nurani untuk mereka yang merindukan tata dunia berkeadaban sekaligus berkeadilan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi dan rasa terima kasih yang tulus kepada Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok di bawah kepemimpinan Yang Mulia Presiden Xi Jinping serta Partai Komunis Tiongkok, atas kehormatan dan undangan yang diberikan kepada saya untuk hadir dalam forum penting ini," ujar Megawati dalam keterangan yang dibagikan PDIP.

"Pertemuan ini adalah ruang untuk mengingat kembali memori kolektif kita sebagai bangsa-bangsa yang pernah menjadi penyintas puing-puing penjajahan serta memimpikan dunia yang lebih adil, lebih damai, dan lebih beradab," kata Megawati mengawali pidatonya.

Forum Global Civilizations Dialogue yang diinisiasi Pemerintah Tiongkok dan Partai Komunis Tiongkok (PKT) ini mengangkat tema 'Safeguarding Diversity of Human Civilizations for World Peace and Development'. Megawati pun mengungkit Dasa Sila Bandung yang menurutnya belum sepenuhnya tuntas.

"Namun, dengan segala keberhasilan yang telah kita capai sebagai bangsa-bangsa merdeka, izinkan saya untuk menyampaikan satu kejujuran. Semangat Dasa Sila Bandung belum sepenuhnya selesai," ujar Megawati.

Megawati menyatakan, bukti nyata semangat solidaritas dan anti-penjajahan yang tertuang dalam Dasa Sila Bandung belum sepenuhnya diwujudkan adalah penderitaan bangsa Palestina. Dasa Sila Bandung merupakan buah dari Konferensi Asia Afrika 1955 tentang penghormatan terhadap kedaulatan, penolakan terhadap penjajahan dan rasisme, hingga dukungan terhadap kemerdekaan nasional.

"Salah satu bukti paling nyata adalah penderitaan yang terus dialami oleh bangsa Palestina, yang hingga hari ini masih memperjuangkan hak dasarnya untuk mempunyai negara dan menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat," kata Megawati.

Megawati menyebutkan dunia memang mengalami kemajuan luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun Megawati mengatakan hati nurani kolektif umat manusia belum sepenuhnya bergerak untuk menghentikan penderitaan bangsa Palestina.

"Dunia telah melesat maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi sayangnya, hati nurani kolektif kita belum seluruhnya sadar dan bergerak melihat penderitaan bangsa Palestina," ungkapnya.

(gbr/rfs)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article