Puan soal Hapus Istilah Orde Lama: Harus Dikaji dan Hati-hati

1 month ago 36
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Ketua DPR RI, Puan Maharani menanggapi soal penulisan ulang sejarah Indonesia yang akan menghapus istilah 'Orde Lama'. Ia menilai, apapun pembaruan kalimat dalam buku yang baru, jangan sampai ada peristiwa sejarah yang dihilangkan.

"Ya itu apapun kalimatnya, apapun kejadiannya jangan sampai ada yang tersakiti, jangan sampai ada yang dihilangkan karena sejarah tetap sejarah. Jadi harus dikaji dengan baik dan dilakukan dengan hati-hati," ujar Puan dalam keterangan tertulis, Selasa, (27/5/2025).

Puan menekankan, penulisan ulang sejarah nasional harus di lakukan secara hati-hati, transparan dan tak terburu buru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan jangan kemudian menghapus sejarah yang ada walaupun itu pahit namun harus disampaikan dengan transparan," tutur perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.

Kembali mengutip pernyataan presiden pertama sekaligus Proklamator RI Sukarno, Puan mengingatkan bahwa bangsa ini jangan sekali-kali melupakan sejarah.

"Jadi Jas Merah, jangan sekali kali melupakan sejarah," tegas Puan

"Kalau memang ingin diperbaiki silakan, namun namanya sejarah apakah itu pahit atau kah baik ya kalau memang harus diulang ya diulang dengan sebaik baiknya," imbuh cucu Sukarno itu.

Puan juga mengingatkan agar penulisan ulang sejarah Indonesia harus membuka partisipasi publik. Ia meminta pemerintah mendengarkan masukan dan aspirasi dari seluruh elemen bangsa.

"Jangan sampai terburu buru, namun nanti melanggar aturan dan mekanisme," tutur Puan.

Sebelumnya, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengungkap alasan tak ada istilah Orde Lama (Orla) dalam 10 jilid buku penulisan ulang sejarah Indonesia yang sedang dikerjakan. Alasannya selama ini pemerintah sebelum Orde Baru (Orba) tidak pernah mengatakan sebagai Orde Lama.

"Jadi sebenarnya itu para sejarawan yang membuat ya, kalau kita lihat istilah Orde Lama, pemerintahan Orde Lama, tidak pernah menyebut dirinya Orde Lama, kalau Orde Baru memang menyebut itu adalah Orde Baru," ungkap Fadli usai rapat di Komisi X DPR kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5).

Menurut Fadli, perubahan istilah itu dilakukan agar perspektif yang digunakan dalam sejarah baru lebih netral dan inklusif.

Dalam rapat bersama Komisi X DPR kemarin, Fadli juga mengungkap enam faktor yang membuat penulisan ulang sejarah Indonesia harus dilakukan. Pertama adalah menghapus bias kolonial dan menegaskan perspektif Indonesia-sentris.

Kedua, sejarah Indonesia akan ditulis ulang untuk menjawab tantangan terbaru. Ketiga, untuk membentuk identitas nasional yang kuat. Keempat, menegaskan otonomi sejarah, sejarah otonom. Kelima, relevansi untuk generasi muda.

"Dan (keenam), reinventing Indonesian identity (menemukan kembali identitas Indonesia)," tandasnya.

(prf/prf)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article