Peran 2 Eks Bos Bank Pelat Merah di Pusaran Korupsi Kredit Rp 692 M Bos Sritex

2 weeks ago 13
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus korupsi penyalahgunaan dana kredit bank milik negara yang dilakukan Komisaris Utama PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto. Selain Iwan, ada dua mantan pimpinan bank pelat merah yang ikut tersandung dan menjadi pesakitan Kejagung.

Konferensi pers pengungkapan kasus kredit Sritex ini digelar Kejagung pada Rabu (21/5/2025). Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung Abdul Qohar mengatakan pihaknya juga menetapkan Zainuddin Mappa selaku Direktur Utama Bank DKI tahun 2020 dan Dicky Syahbandinata selaku mantan pimpinan Divisi Komersial dan Korporasi Bank BJB sebagai tersangka. Lalu, apa peran keduanya?

Kasus ini berawal saat jaksa mengendus adanya kejanggalan dalam laporan tahunan keuangan Sritex. Ada anomali keuntungan dan kerugian yang didapat Sritex dalam jangka waktu setahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam laporan keuangan Sritex pada 2021, perusahaan tersebut melaporkan kerugian sebesar USD 1,08 miliar atau setara Rp 15,65 triliun. Angka kerugian ini dianggap janggal mengingat pada tahun sebelumnya Sritex masih mencatatkan keuntungan.

"Padahal sebelumnya, pada tahun 2020, PT Sri Rejeki Isman masih mencatat keuntungan sebesar USD 85,32 juta atau setara dengan Rp 1,24 triliun," kata Qohar.

Kerugian pada 2021 itu membuat Iwan Setiawan selaku Direktur Utama PT Sritex saat itu mengajukan dana pinjaman ke bank. Kejagung mencatat ada puluhan bank baik himpunan bank milik negara dan swasta memberikan dana kredit pada PT Sritex. Singkat cerita, PT Sritex mengalami masalah pembayaran kredit tersebut hingga menyisakan tunggakan kredit Rp 3,5 triliun pada Oktober 2024.

Salah satu bank yang meminjamkan kredit kepada PT Sritex ialah Bank BJB dan Bank DKI. Qohar menerangkan total pinjaman dana dari Bank DKI kepada Sritex sebesar Rp 149 miliar, sementara Bank BJB telah memberikan kredit sebesar Rp 543 miliar.

Hasil pengusutan Kejagung kemudian menemukan perbuatan melawan hukum dalam pemberian kredit dua bank pelat merah tersebut kepada PT Sritex. Kejagung menemukan peran krusial Zainuddin Mappa dan Dicky Syahbandinata di balik penyaluran kredit yang tidak sesuai prosedur tersebut.

"ZM Selaku Direktur Utama PT Bank DKI dan DS selaku pimpinan Divisi Korporasi dan Komisaris Komersial PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten telah memberikan kredit secara melawan hukum karena tidak melakukan analisis yang memadai dan mentaati prosedur serta persyaratan yang telah ditetapkan," ujar Qohar.

"Salah satunya adalah tidak terpenuhinya syarat kredit modal kerja karena hasil penilaian dari lembaga peringkat kit dan modis disampaikan disampaikan bahwa PT Sri Rejeki Isman Tbk hanya memperoleh predikat BB min atau memiliki risiko gagal bayar yang lebih tinggi. Padahal seharusnya pemberian kredit tanpa jaminan hanya dapat diberikan kepada perusahaan atau debitor yang memiliki peringkat A," sambungnya.

Kesalahan analisis dari Zainuddin dan Dicky itu membuat negara merugi. Total kerugian negara akibat penyalahgunaan dana kredit Sritex dari kedua bank tersebut mencapai Rp 692 miliar.

"Perbuatan tersebut bertentangan dengan ketentuan standard operating procedure bank serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sekaligus penerapan prinsip kehati-hatian," tutur Qohar.

Ketiga tersangka saat ini telah ditahan Kejagung. Mereka dijerat dengan Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang UU Tipikor sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Lihat juga video: Bos Perusahaan Gelapkan Dana Jadi Salah Satu Alasan Sritex Bangkrut?

(ygs/dhn)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article