Jakarta -
Investor ternama Amerika Serikat (AS) Ray Dalio dikabarkan batal menjadi Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Dirinya disebut-sebut memiliki alasan pribadi yang belum bisa dijelaskan soal alasan tak jadi masuk Danantara.
Terlepas dari kabar itu, Ray Dalio bukan sosok sembarangan. Dia dikenal sudah lama malang melintang di sektor keuangan Amerika Serikat sebagai investor sekaligus pendiri perusahaan manajemen investasi, Bridgewater Associates.
Melansir situs resmi Bridgewater Associates, Ray Dalio sudah berkecimpung di dunia investasi dan ekonomi makro selama lebih dari 50 tahun. Ia pertama kali tertarik pada dunia investasi pada usia 12 tahun saat menjadi pembawa tongkat golf (caddie) di lapangan golf lokal pada saat pasar sedang panas dan semua orang membicarakan saham.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari sana, ia menabung uang hasil usahanya sebagai caddie untuk kemudian membeli saham pertamanya di maskapai Northeast Airlines. Saham tersebut Ray Dalio beli karena saat itu maskapai tersebut adalah satu-satunya perusahaan yang nilai saham kurang dari US$ 5 per lembar.
Di sekolah menengah, Ray Dalio tidak tertarik untuk belajar dan terus mengejar hasratnya untuk 'bermain' di pasar bursa saham. Bahkan hal ini membuatnya nyaris.
Beruntung dengan ketekunannya, ia tetap berhasil lulusan Sarjana bidang Keuangan dari C.W. Post College pada 1971 lalu. Lalu ia melanjutkan studi dan memperoleh gelar MBA dari Harvard Business School pada 1973.
Barulah sekitar tahun 1975, Ray Dalio mendirikan Bridgewater Associates di sebuah apartemen dua kamar miliknya di New York City (NYC). Pada awalnya, ia hanya membantu para investor institusional melalui konsultasi dan pengelolaan aset mereka secara aktif, terutama di pasar komoditas dan berjangka.
Ia juga membagikan pemikiran investasinya dalam laporan riset harian 'Bridgewater Daily Observations' yang dikirim kepada klien perusahaan melalui Telex. Seiring berjalannya waktu, kualitas laporan yang ditulis Ray ini menarik minat para investor hingga Bridgewater berhasil mendapatkan kucuran dana institusional pertama untuk dikelola secara langsung pada 1985 lalu.
Tidak tanggung-tanggung, dana investasi pertama yang dipercaya kepada Ray senilai US$ 5 juta dari Bank Dunia. Sejak saat itu banyak investor institusional lainnya yang kemudian ikut menitipkan dana investasi untuk dikelola secara langsung oleh Bridgewater.
Di bawah kepemimpinan Ray, Bridgewater akhirnya menjadi perusahaan pengelola dana investasi terbesar di dunia versi majalah Fortune. Selain itu hingga saat ini Bridgewater Daily Observations masih menjadi salah satu laporan pasar paling dicari investor dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.
Namun pada 2017 lalu Ray secara resmi mengundurkan diri dari jabatan CEO, yang kemudian beralih menjadi CIO. Hanya berselang 3 tahun, pada 2020 ia kemudian mengalihkan jabatannya sebagai CIO untuk fokus pada posisinya sebagai pendamping Komite Investasi yang bertanggung jawab atas pengawasan dan evolusi strategi investasi Bridgewater.
Proses peralihan jabatan CIO ini rampung pada September 2022 lalu, dan sejak itu Ray Dalio hanya bekerja sebagai mentor bagi para CIO dan Komite Investasi perusahaan. Ia juga menjabat sebagai anggota Dewan Operasional, dan sebagai investor senior Bridgewater Associates.
Di luar itu, menurut laporan Forbes saat in Bridgewater Associates yang didirikan Ray Dalio sudah menjadi salah satu perusahaan manajemen investasi terbesar di dunia, dengan pengelolaan dana mencapai US$ 112 miliar.
Berkat itu saat ini dirinya ditaksir memiliki kekayaan mencapai US$ 14 miliar atau Rp 228,38 triliun. Dengan begitu saat ini Ray Dalio tercatat berada di posisi ke-173 orang terkaya di dunia.
Simak juga Video Chairul Tanjung Ungkap Isi Pertemuan Prabowo-Ray Dalio di Istana
(igo/fdl)