Jakarta -
Pemerintah membuka keran impor sapi indukan sebanyak 184 ribu ekor bagi para pengusaha, baik lokal maupun asing, dengan tujuan untuk berinvestasi. Hal ini dilakukan untuk membenahi peternakan dalam negeri melalui indukan sapi berkualitas.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyebut ada tiga negara asal impor favorit, seperti Australia, New Zealand, hingga Brasil. Menurutnya, negara-negara tersebut memiliki kualitas sapi yang baik dan cocok untuk dibiakkan di Indonesia.
"Selama negara itu disetujui untuk didatangkan, misalnya Australia, New Zealand, Brasil boleh. Brasil kan sapinya, sapi tropis jadi so far penyesuaiannya nggak terlalu sulit," kata Sudaryono kepada wartawan di Movenpick Hotel, Jakarta, Rabu (28/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudaryono menjelaskan, impor sapi ini juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan susu sapi segar dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dengan impor sapi indukan, ia berharap Indonesia dapat memenuhi kebutuhan sapi sendiri.
"Protein yang besar ini (susu sapi segar di MBG) jangan sampai dipenuhi dari impor dong, itu memperkaya orang lain. Harus swasembada. Ini indukan dalam rangka kita mau swasembada," ungkapnya.
Untuk diketahui, pemerintah memutuskan untuk menambah impor sapi bakalan atau hidup sebanyak 184 ribu ekor. Hal ini dilakukan untuk menggenjot produksi daging sapi dalam negeri.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan sebelumnya kuota impor sapi bakalan 2025 sebanyak 350 ribu ekor. Artinya dengan penambahan 184 ribu ekor, impor sapi bakalan tahun ini menjadi 534 ribu ekor.
Zulhas menjelaskan, saat ini Indonesia ingin menggenjot produksi daging sapi dalam negeri. Oleh sebab itu, impor sapi hiduplah yang ditambah, bukan impor daging sapi beku.
Menurut Zulhas impor daging sapi hidup akan berdampak positif bagi perekonomian dalam negeri. Karena sapi hidup yang diimpor akan dikelola oleh peternak dan melibatkan petani dalam negeri.
"Kalau penggemukan itu itu kan kita beli sapinya kecil, digemukin 6 bulan, 1 tahun. Itu ada petaninya, ada petani rumput, ada makanan jagung. Jadi banyak yang terlibat. Tapi kalau beku, enggak ada nilai tambahnya. Beli beku daging beku dari di sana masuk sini langsung jual. Jadi harganya bisa lebih murah daripada kalau kita gemukin kan," kata Zulhas dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Graha Mandiri, Jakarta, Jumat (16/5/2025).
Simak juga Video: Kata AHY Soal Prabowo Minta Keran Impor Dibuka Lebar
(rrd/rrd)